Bismillahirrahmanirahim.
Assaalamu'alaikumwarahmatullahi warabarakatuh.
Ibu-ibu, jamaah kajian online yang dirahmati Allah, saya mohon maaf jika kajian kali ini waktunya agak merepotkan-sebelum subuh-hal ini karna dari kemarin-kemarin saya tidak bisa hadir untuk menyampaikan materi, tadi malam selepas Isya' saya rencanakan untuk bisa memberikan kajian, namun terkendala oleh laptop yang bermasalah. Dan ini saya mencoba membuka laptop dan ternyata bisa aktif. Walaupun mungkin ibu-ibu tidak bisa sepenuhnya bisa mengikuti karna masih istirahat, namun nanti bisa dibaca setelah adanya kesempatan.
Jamaah yang berbahagia, kajian terakhir kita membahas al inqiyad. Setelah kita membahas Al Inqiyad maka syarat selanjutnya adalah As Shidq. الصدق. Secara bahasa As Shidq sering kita artikan dengan jujur. Kalimat jujur dalam Bahasa Indonesia adalah jika ada satu kondisi A lalu kita ceritakan apa adanya, tanpa penambahan, pengurangan, pokoknya A kita ceritakan A maka itu jujur. Namun kata As Shidq dalam Bahasa Arab, sebagaimana yang kita inginkan dalam pembahasan ini bermakna lebih luas. Yaitu kesesuaian dua hal dalam satu perkara, seperti kesesuaian hati dengan perbuatan. Kesesuaian iman dengan prilaku. Kesesuaian antara ilmu dan amal. Kesesuaian antara bathin dan lahir. Hal ini disinggung dalam QS Al Ahzab ayat 23. Yang artinya: "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)." Atau dalam hadits: “Tidak seorangpun yang bersaksi bahwa tidak ada Ilaah (tuhan) yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah jujur dari hatinya, kecuali Allah telah mengharamkannya masuk neraka”. (HR. Bukhari) Artinya adalah kita akan dikatakan jujur dalam syahadat kita jika kita mampu mewujudkan prilaku dhohir sesuai dengan keimanan yang telah kita yakini dalam hati. Jika prilaku kita masih saja berselisihan dengan keimanan yang kita ikrarkan maka syahadat kita telah kehilangan sifat As Shidq nya. Kita tidak jujur lagi, dan bahkan bisa saja kita akan masuk dalam kelompok orang-orang munafik yang diceritakan kepada Allah mereka mengikrarkan secara lisan keimanan kepada Rasulullah, namun dibekan Rasulullah dan di belakang orang-orang mukmin mereka justru memusuhi Rasulullah dan ummat Islam.
Kejujuran dalam syahadat ini akan membawa segala prilaku seorang muslim lurus dan sesuai dengan syahadat yang ia yakini. Lisannya berkata dengan kalimat yang sesuai dengan nilai-nilai keimanan yang ada dalam hatinya. Prilakunya sesuai dengan nilai syahadat yang telah masuk kedalam hatinya. Sebagaimana bisa kita lihat contoh fenomenal dalam diri para sahabat, seperti sahabat Abu Bakar. Kejernihan prilakunya mencerminkan kekuatan imannya. Apapun yang disampaikan oleh Rasulullah ia terima, ia imani, ia yakini, dan ia wujudkan dalam prilaku. Dan begitu juga kita temukan kejujuran yan dilakukan oleh Ka'ab bin Malik saat beliau tidak ikut dalam rombongan jihad yang dipimpin Rasulullah. Sepulang dari medan jihad Rasulullah langsung ke masjid dan orang-orang yang tidak ikut serta dalam jihad itu mendatangi Rasulullah. Orang-orang munafik yang memang dari awal membenci Islam namun mereka menampakkan seakan-akan beriman kepada Rasulullah, mereka datang lalu menyampaikan alasan mereka, tentunya alasan yang mereka buat adalah alasan dusta. Namun Rasulullah tidak menghukum mereka, walaupun Rasulullah tahu bahwa mereka telah berdusta dalam semua alasan yang mereka sampaikan. Giliran Ka'ab bin Malik, beliau berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, andai saja aku mau, aku bisa saja membuat alasan-alasan sebagaimana mereka (orang-orang munafik) melakukannya. Kemudian engkau memaafkanku, tapi Allah maha tahu atas semuanya, maka aku tidak akan menutupi segala kesalahanku ini dengan alasan-alasan dusta. Aku tidak punya udzur sehingga aku tidak ikut berjihad kali ini." Ka'ab bin Malik jujur, beliau tidak membuat buat alasan atas kealpaan beliau pada jihad ini. Walaupun beliau tahu bahwa Rasulullah akan tidak senang dengan kealpaan ummat Islam dari seruan jihad. Akhirnya Ka'ab bin Malik dihukum oleh Allah dengan diisolasi hingga puluhan hari oleh Rasulullah dan semua sahabat kala itu. Tentu berat diisolasi, tidak disapa, tidak ditegur, tidak diajak ngobrol tidak di perhatikan oleh orang yang kita cintai, dan selama ini kehidupan mereka begitu dekat. Sebagaimana kita tahu bahwa kehidupan ummat Islam kala itu bagaikan keluarga. Namun demi kejujuran, Ka'ab bin Malik siap menerima semuanya. Dan akhirnya berbuah manis. Taubatnya diterima oleh Allah. Dan bahkan taubat Ka'ab bin Malik ini diabadikan dalam Al Qur'an oleh Allah SWT.
Sebagai kesimpulan hendaknya syahadat kita benar-benar meresap dalam hati dan melahirkan prilaku yang sesuai dengan syahadat tersebut.: Sebuah teko yang berisi teh hanya akan mengeluarkan teh. Jika teko itu berisi kopi, maka akan mengeluarkan kopi. Itulah syahadat yang mempunyai muatan As Shidq. Namun jika teko yang kita isi dengan kopi mengeluarkan teh. Itulah kemunafikan.
Jika kita mengaku beriman, namun justru tidak senang dengan Islam, membenci syariat-syariat Islam, bisa jadi kita sudah dimasuki sifat kemunafikan. Kejujuran syahadat kita terkikis atau bahkan hilang.
Ibu-ibu jamaah kajian online. Mungkin untuk pembahasan As Shidq kita cukupi, waktu sudah hampir jam 7, saya juga harus bersiap-siap untuk menuju aktifitas wajib lainnya. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
*Ustadz Fata Fauzi,Lc