Snow

Jumat, 11 Maret 2016

KAJIAN: Syarat Sah Syahadat-Al Yaqin

Assalamualaikum wr wb.

Bagaimana kabar ibu2 sekalian? Semoga selalu dalam rahmat Allah SWT.

Di pekan kemarin kita sudah membahas Al Fahmu, yaitu kita harus faham dengan makna syahadat itu sendiri. Dan in syaa Allah malam ini kita akan meneruskan dengan syarat yang ke dua yaitu Al Yaqin.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al Hujurat: 15)

Dalam ayat di atas Allah menyampaikan bahwa orang-rang yang beriman adalah orang-orang yang percaya ( beriman) kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak ragu. Artinya kita, sama sekali tidak meragukan apapun yang dari Allah dan dari Rasulullah SAW. Sebagaimana kita tahu bahwa saat kita mengikrarkan syahadat kita berikrar beriman kepada Allah, dan hanya kepada Allah lah kita bertuhan. Dan ini artinya kita yakin apapun yang berasal dari Allah benar adanya. Dan apapun yang secara mutawatir ( shoheh) diriwayatkan bahwa itu dari Rasulullah, maka kita akan mengimaninya dan sama sekali tidak ragu sedikitpun akan kebenarannya.

Sebagaimana para sahabat terdahulu, apapun yang mereka dengar dari Rasulullah, apapun itu, baik itu berupa ayat Al Quran atau sunnahnya maka mereka tidak akan pernah mencari alternatif lain untuk menghindarinya. Apapun itu, Al Quran memerintahkan jihad untuk menegakkan agama, maka kita yakin akan kebenaran jihad itu. Al Quran berbicara tentang poligami maka kita yakin bahwa itu benar dari Allah dan wajib kita menerimanya sebagai hal yang disebutkan dalam Al Quran. Al Quran dan sunnah nabi mengatakan bahwa ada surga, ada neraka, maka kita wajib membenarkan itu semua, tanpa meragukannya sama sekali walaupun kita belum pernah tahu. Al Quran dan sunnahnya menyampaikan bahwa suatu ketika nanti alam ini akan hancur, kiamat, maka wajib kita membenarkannya, dan seterusnya.

Jadi pembuktian syahadat kita adalah dengan meyakini segala yang diturunkan Allah sebagai wahyuNya, dan Sunnah nabi sebagai ajaranNya adalah kebenaran yang tidak terbantahkan lagi. Dan merupakan sebuah keniscayaan bahwa prilaku seseorang berawal dari keyakinannya. Jika kita temukan seorang muslim, yang justru meragukan berbagai ajaran Islam maka masalahnya sebenarnya ada di syahadat mereka. Syahadat mereka hanya sebatas lisan saja, sebatas ucapan saja, namun mereka justru melihat bahwa apa yang disampaikan oleh Allah dalam kitabnya adalah hal yang tidak layak untuk diikuti, hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh manusia. Mereka lebih membenarkan dan meyakini konsep lain selain Islam sebagai kebenaran, hingga mereka memperjuangkannya walaupun itu jelas-jelas bertolak belakang dengan makna keyakinan yang ada pada syahadat yang merek ikrarkan. Kita bisa melihat contoh kesempurnaan syahadat yang penuh keyakinan pada satu kisah luar biasa Abu Bakar as Shiddik. Beliau adalah seorang yang apapun yang dikatakan oleh Muhammad, ketika itu, maka beliau akan percaya. Beliau akan meyakininya sebagai kebenaran.

Saat peristiwa Isra' dan Mi'raj, semua orang mencemooh Nabi Muhammad SAW. Bagi mereka melakukan perjalanan antara Makkah ke Palestina, lalu ke langit, kemudian kembali lagi ke Makkah, dalam kurun waktu semalam bahkan kurang dari semalam adalah satu kekonyolan, ketidakwarasan, hingga menyebut Muhammad telah gila, tidak sehat otaknya dan sebagainya. Hingga orang-orang kafir sengaja mencari Abu Bakar untuk mencemooh Nabi Muhammad. Tapi begitu mereka menceritakan hal itu kepada Abu Bakar, Abu Bakar menjawab, jika itu dikatakan oleh Muhammad, maka aku yakin itu benar. Tidak ada sedikitpun keraguan bagi Abu Bakar atas apa yang datang dari Rasulullah, dan apapun yang datang dari Rasulullah adalah wahyu kebenaran dari Allah, dan meragukan kebenaran Nabi Muhammad itu sama saja meragukan kebenaran wahyu Allah, dan meragukan wahyu Allah berarti meragukan Allah. Jadi keyakinan akan dzat Allah dan keyakinan akan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad, serta kebenaran semua yang Allah turunkan dan Rasulullah bawa adalah satu paket yang tidak bisa terpisah. 

Ada kelompok manusia yang beriman kepada Allah tapi tidak beriman kepada Rasulullah SAW. Mereka hanya percaya kepada Al Quran, namun mereka mengingakari hadits ( sunnah ) Rasulullah SAW. Maka mereka bukan ummat Islam, karna syahadat mereka kurang. Dan hal ini bukan sekedar mencoreng kemurnian syahadat mereka namun keyakinan seperti ini membatalkan syahadat mereka. Karna, jika mereka tida
k percaya sunnah Nabi atau yang biasanya kita dengar dengan istilah ingkar sunnah, mereka beralasan bahwa Muhammad adalah manusia biasa yang bisa saja salah, maka sangat tidak menutup kemungkinan apa yang disampaikan oleh Muhammad adalah salah, maka demi menghindari kesalahan itu maka mereka sama sekali tidak menjadikan sunnah Nabi sebagai dasar beragama mereka, kemudian mereka hanya mengimani Al Quran.

Sekilas apa yang mereka katakan nampak benar, namun pemikiran ini salah total. Kenapa? Karna dengan mereka meragukan kemaksuman ( terjaga dari kesalahan / dan pengawasan dari Allah agar Nabi selalu berjalan dalam koridor kebenaran wahyu) Rasulullah SAW saat itu juga mereka telah meragukan kebenaran Al Quran. Kenapa? Karna Al Quran turun kepada Nabi Muhammad, jika Nabi Muhammad sangat memungkinkan melakukan kesalahan (sebagaimana klaim mereka), maka akan sangat mungkin Nabi Muhammad lupa akan satu ayat, atau mungkin sengaja tidak menyampaikannya, atau mungkin sengaja menambahnya demi kepentingan pribadi, dan akhirnya Al Quran menjadi semacam karya pribadi Muhammad. Dan hal ini tentunya satu kesesatan yang nyata.

Dengan satu kesimpulan, dua kalimah syahadat yang kita baca bukanlah satu kelimat kosong, ia harus bermuatan penuh keyakinan atas makna syahadat tersebut, keyakinan bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan ditaati serta keyakinan bahwa Muhammad adalah utusanNya yang harus ditaati, adalah dua komponen yang tidak boleh terpisahkan. Keduanya adalah satu kesatuan keyakinan yang harus diyakini oleh seorang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim.

Wallahu A'lam...

Wassalamualaikum wr wb.

*Ustazd Fata Fauzi,Lc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar