Snow

Rabu, 24 Februari 2016

SHARING: Menasehati istri dengan kelembutan.


🌾Tarian Jiwa

Merpati Betina itu dengan sangat hangat mendekap Sang Jantan. Sayapnya yang lebar dan indah ia selimutkan pada tubuh kekar disisinya. Mereka berdua memandang luasnya alam yang terbentang di depan mata mereka, sawah, sungai, rerumputan, pepohonan yang begitu hijau dan menyejukan. Dikejauhan terdengar kepakan kupu-kupu yang sedang terbang berkejaran, tiupan angin yang halus membawa semerbak aroma bunga musim semi. Dengan gagah Sang Jantan mendekatkan paruh kokohnya ke kepala Betina dan mengusapnya dengan penuh cinta.
 
"Tahukah engkau betapa sayangnya aku kepadamu?" Sang jantan berbisik.
 
"Semua yang aku lakukan selama ini hanya untuk engkau dan anak-anak kita," sambung Sang Jantan.
 
Merpati Betina itu melepaskan pelukannya, ia menatap mata kekasihnya itu sembari membenarkan arah tubuhnya lalu ia berkata,"Aku tahu, tapi sering sekali sikapmu membuatku retak, layaknya gading, aku akan terluka saat kau luruskan dengan kekuatanmu, layaknya tulang rusuk, aku akan sangat sulit dibentuk tanpa kelembutan, engkau tahu? Aku adalah tulang rusuk yang lemah, cawan yang rawan, awan tipis yang akan pecah dan sirna oleh hembusan angin yang tidak ramah, walau ... saat aku merenung engkau dan apa yang engkau katakan adalah kebenaran, namun ketahuilah sayang ... kesabaran akan mampu membentuk gading yang indah, kasih akan menjaga cawan dari keretakan hingga ia akan tatap tampil indah menyejukan hati, cinta menjadikan awan yang putih dan rapuh itu nampak bagaikan keindahan salju di musim dingin."
 
Mata Merpati Jantan itu nampak menatap tajam pasangannya, kemudian ia melebarkan sayapnya dan memeluk Betina yang anggun itu.
 
"Maafkan aku jika caraku salah. Ketegasanku bukan untuk melukaimu, lurusnya suaraku bukan untuk menangiskanmu, kuatnya genggamanku bukan untuk meremukkanmu, namun semua itu adalah cinta. Impian kebersamaan yang menembus kehidupan setelah kematian, kemesraan yang tidak hanya ada saat ini, namun sampai kita kembali ke rumah besar kita, di mana hanya ada kebahagiaan disana, dan keridhoanNya. Dan percayalah bahwa aku tidak menginginkan apapun kecuali kebaikan untuk kita," Jantan itu bersuara dengan dalam.

"Sayang.. aku tahu dan faham itu, dan tahukah engkau sehebat apapun hatiku ingin membencimu aku tidak mampu, mataku tidak pernah sanggup lama tanpa melihatmu, tubuhku akan membeku kedinginan layaknya salju tanpa kehangatan dekepanmu, darahku akan berhenti tanpa asupan oksigen dari nafasmu, dan engkau bagiku, adalah detak jantung yang tidak mungkin terpisahkan. Jika aku menanngis itu bukan karena aku benci, aku hanya ingin engkau bisa meraba betapa aku ingin terus bersamamu..." betina itu membenamkan kepalanya dalam dekapan sang jantan.
 
Mereka berdua berpelukan erat, tidak lagi terdengar kalimat keluar dari keduanya, hanya hati yang berbisik lirih saling bercerita cinta dan kerinduan, kasih sayang menjadikan mereka saling mendengar dentingan music jiwa dan mereka menari bersama.

*Ummi Ghazaa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar