🌾Tarian Jiwa
Merpati Betina itu dengan sangat hangat mendekap Sang Jantan. Sayapnya yang lebar dan indah ia selimutkan pada tubuh kekar disisinya. Mereka berdua memandang luasnya alam yang terbentang di depan mata mereka, sawah, sungai, rerumputan, pepohonan yang begitu hijau dan menyejukan. Dikejauhan terdengar kepakan kupu-kupu yang sedang terbang berkejaran, tiupan angin yang halus membawa semerbak aroma bunga musim semi. Dengan gagah Sang Jantan mendekatkan paruh kokohnya ke kepala Betina dan mengusapnya dengan penuh cinta.
Merpati Betina itu dengan sangat hangat mendekap Sang Jantan. Sayapnya yang lebar dan indah ia selimutkan pada tubuh kekar disisinya. Mereka berdua memandang luasnya alam yang terbentang di depan mata mereka, sawah, sungai, rerumputan, pepohonan yang begitu hijau dan menyejukan. Dikejauhan terdengar kepakan kupu-kupu yang sedang terbang berkejaran, tiupan angin yang halus membawa semerbak aroma bunga musim semi. Dengan gagah Sang Jantan mendekatkan paruh kokohnya ke kepala Betina dan mengusapnya dengan penuh cinta.
"Tahukah engkau betapa sayangnya aku kepadamu?" Sang jantan berbisik.
"Semua yang aku lakukan selama ini hanya untuk engkau dan anak-anak kita," sambung Sang Jantan.
Merpati Betina itu melepaskan pelukannya, ia menatap mata kekasihnya
itu sembari membenarkan arah tubuhnya lalu ia berkata,"Aku tahu, tapi
sering sekali sikapmu membuatku retak, layaknya gading, aku akan
terluka saat kau luruskan dengan kekuatanmu, layaknya tulang rusuk, aku
akan sangat sulit dibentuk tanpa kelembutan, engkau tahu? Aku adalah
tulang rusuk yang lemah, cawan yang rawan, awan tipis yang akan pecah
dan sirna oleh hembusan angin yang tidak ramah, walau ... saat aku
merenung engkau dan apa yang engkau katakan adalah kebenaran, namun
ketahuilah sayang ... kesabaran akan mampu membentuk gading yang indah,
kasih akan menjaga cawan dari keretakan hingga ia akan tatap tampil
indah menyejukan hati, cinta menjadikan awan yang putih dan rapuh itu
nampak bagaikan keindahan salju di musim dingin."
Mata Merpati Jantan itu nampak menatap tajam pasangannya, kemudian ia melebarkan sayapnya dan memeluk Betina yang anggun itu.
"Maafkan aku jika caraku salah. Ketegasanku bukan untuk melukaimu,
lurusnya suaraku bukan untuk menangiskanmu, kuatnya genggamanku bukan
untuk meremukkanmu, namun semua itu adalah cinta. Impian kebersamaan
yang menembus kehidupan setelah kematian, kemesraan yang tidak hanya ada
saat ini, namun sampai kita kembali ke rumah besar kita, di mana hanya
ada kebahagiaan disana, dan keridhoanNya. Dan percayalah bahwa aku tidak
menginginkan apapun kecuali kebaikan untuk kita," Jantan itu bersuara
dengan dalam.
"Sayang..
aku tahu dan faham itu, dan tahukah engkau sehebat apapun hatiku ingin
membencimu aku tidak mampu, mataku tidak pernah sanggup lama tanpa
melihatmu, tubuhku akan membeku kedinginan layaknya salju tanpa
kehangatan dekepanmu, darahku akan berhenti
tanpa asupan oksigen dari nafasmu, dan engkau bagiku, adalah detak
jantung yang tidak mungkin terpisahkan. Jika aku menanngis itu bukan
karena aku benci, aku hanya ingin engkau bisa meraba betapa aku ingin
terus bersamamu..." betina itu membenamkan kepalanya dalam dekapan sang
jantan.
Mereka berdua berpelukan erat, tidak lagi
terdengar kalimat keluar dari keduanya, hanya hati yang berbisik lirih
saling bercerita cinta dan kerinduan, kasih sayang menjadikan mereka
saling mendengar dentingan music jiwa dan mereka menari bersama.
*Ummi Ghazaa
*Ummi Ghazaa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar