Snow

Selasa, 23 Februari 2016

TJ: Menyikapi menantu yang berbuat jahat kepada mertua.

TANYA:

Assalamualaikum wr wb. Ada seorang ibu, dia mempunyai anak laki2 yang sudah berumah tangga dan masih tinggal bersama dengannya. Setelah 4 tahun mereka menikah, menantu ibu ini selalu menyakiti hati mertuanya (ibu dari laki2) ini mulai dr mengacuhkan, bicara kasar dll sampai terakhir menantu ini berani mengambil sesuatu yg berharga punya ibu dan bapak mertuanya. Seringkali si ibu menasehati anak laki-lakinya untuk belajar mandiri pisah rumah dan mendidik istrinya. Namun seringkali pula nasehat si ibu di abaikan. Alhasil si ibu sampai sekarang hanya bisa menangis dan mohon perlindungan sama Allah dengan sikap anak dan menantunya itu. Bagaimana menyikapi hal seperti ini? Terima kasih.

JAWAB:

Waalaikumsalam wr wb. Saya ingin menyampaikan bahwa orang tua, apalagi ibu, adalah sosok yang sangat-sangat harus dihormati, di jaga perasaannya, dibahagiakan, dimintai ridhonya, dan haram menyakitinya. Sebenarnya pengajaran bakti seorang anak kepada orang tuanya sudah sering sekali disampaikan dalam setiap kajian, oleh banyak ustadz dan bahkan oleh para orang tua sebagai wejangan kepada anak-anaknya, namun untuk mengamalkannya, ternyata sedikit yang mampu.

Dalam kasus yang diceritakan di atas, saya sangat menyayangkan sikap anak laki-laki dari ibu tersebut, suami dari sang menantu yang telah berbuat buruk kepada mertuanya yang beliau itu adalah wanita yang telah melahirkan suaminya. Dalam sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim).

Seharusnya ia harus lebih taat pada ibunya, ketika ibunya ingin mendidiknya dengan memisahkan hidup mandiri bersama keluarganya secara mandiri, harusnya ia tidak lagi membantah dan mengatakan tidak. Apalagi prilaku anak mantu yang tidak hormat dan bahkan tidak segan menyakiti ibu mertuanya. Dan disini saya agak curiga, dan nampaknya sang anak, ini takut sama istrinya hingga selalu menomor duakan ibunya, tidak menjaga perasaaan ibunya, tidak mau menuruti ibunya. Kalau sudah seperti ini maka yang pertama dilakukan adalah menasehatinya, dengan mensehati secara langsung ataupun menasehatinya melalui orang orang yang dihormati hingga pasangan ini bisa memahami kondisi yang ada, hingga menyadari kesalahan yang telah dilakukan.

Dan perlu disampaikan bahwa Allah sangat tidak suka, tidak rela, dan akan langsung membalas, jika ada seorang ibu yang tersakiti oleh anaknya, Allah sangat membenci anak yang dengan tega menyakiti hati orang tuanya, apalagi ibunya, dan azab yang akan langsung Allah bayarkan walaupun pelakunya masih hidup, adalah azab bagi prilaku durhaka kepada orang tua dan itu termasuk dosa besar.

Bahkan Abu Bakar RA, pernah memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya karena anaknya nampak sangat mencintai istrinya hingga selalu lalai dan berat untuk beribadah dan jihad. Apalagi jika kedurhakaan kepada orang tua, hal itu lebih besar, maka jika seorang anak tidak bisa taat kepada orang tuanya, apalagi ibunya karna pengaruh istrinya, bercerai akan lebih baik. Walaupun perceraian sangat dibenci Allah namun kedurhakaan kepada orang tua lebih buruk dari perceraian.
Wallahu a'lam. 

*Ustadz Fata Fauzi,Lc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar