Snow

Selasa, 23 Februari 2016

TJ: Bagaimana menyikapi suami introvert yang menghina mertuanya?



TANYA:

Assalamualaikum wr wb. Saya ingin bertanya, apabila seorang suami menghina org tua istri, padahal orang tua istri yang berperan untuk menafkahi anak & istri nya selama hidup pernikahan mereka. Yang saya ingin tanyakan, bagaimana sikap si istri untuk menghadapi sikap suami nya? Sementara suami orang yang tidak bisa di ajak berbicara karena terlalu introvert.

JAWAB:

Waalaikumsalam wr wb. Orang tua ... saya tidak ingin membatasi hanya mereka yang melahirkan kita saja, namun juga orang yang telah melahirkan pasangan kita. Suami wajib menghormati dan memuliakan orang tua istrinya, dan begitu juga istri, wajib menghormati dan memuliakan ibu dan bapak suaminya. Jadi tidaklah patut kita membeda-bedakannya, dan membeda-bedakan cara penghormatan dan bakti kepda orang tua atau kepada mertua, adalah awal konflik yang bisa saja akan menciderai keutuhan keluarga itu sendiri. Jadi tidaklah patut kita menghormati orang tua, namun merendahkan mertua, ataupun sebaliknya. Mereka semua berhak untuk kita hormati dan dan kita muliakan.

Bagaimana dengan suami yang menghina orang tua istri? Ini adalah satu bentuk kedurhakaan kepada mertuanya, dan ini juga merupakan dosa besar. Lalu bagaimana sikap istri? Ia harus tetap taat kepada suaminya, karena memang suaminya berhak untuk mendapatkan ketaatan istrinya kepadanya, jikapun suaminya selama ini tidak menafkahi istri dan anak-anaknya, maka hal ini satu kedzoliman tersendiri yang tidak lantas menjadikan boleh kepada istrinya untuk membangkang. 

Konflik keluarga itu pasti lahir dari ketidak konsistenan salah satu atau masing-masing bagian dari keluarga tersebut atas kewajiban dan tugasnya. Suami yang tidak menafkahi adalah ketidak konsistenan atas tugasnya. Pembangkanan istri, adalah ketidak konsistenan istri atas tugasnya. Jika semua proses perbaikan sudah ditempuh namun juga tidak menghasilkan kenormalan lagi maka istri boleh menggugat cerai suaminya.

Ibu-ibu yang baik, pernikahan adalah ibadah, setiap detik disana bisa berarti ibadah jika masing-masing komponen keluarga mampu menjalankan tugas masing masing. Namun jika detik-detik kehidupan keluarga mereka tidak lagi ada ketaatan kepada Allah, mungkin perlu kita renungkan, apa yang tersisa dari sebuah keluarga yang didalamanya tidak ada lagi nilai ibadah?

Perceraian adalah hal yang halal namun sangat dibenci oleh Allah, namun jika setiap tarikan nafas kita dalam pernikahan kita hanya berarti kemaksiatan kepada Allah, lalu apakah kita akan kuat menanggung dosa yang terus tertulis setiap hari selama puluan tahun pernikahan berjalan? Langkah awal, adalah saling menasehati, jika tidak mampu secara pribadi karena mungkin sifat masing masing sulit dikomunikasikan, maka hadirkan orang-orang yang bisa diterima keduanya. Selama proses yang ada terus berdoa kepada Allah untuk berkenan mengubah kondisi buruk yang sedang terjadi. Jika memang benar-benar tidak lagi bisa dipertahankan, silahkan diajukan gugatan, dan gugatan cerai dari istri ke suami disebuah sebagai khulu' dalam istilah fiqihnya. Namun khulu' adalah pilihan paling akhir setelah semua proses perbaikan diupayakan dengan maksimal.

Hidup hakikatnya adalah ujian, baik itu berupa kabaikan ataupun keburukan, tugas kita hanya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Allah dengan benar, dengan cara yang telah diajarkan oleh Allah melalui Al Quran dan ajaran Rasulullah, dan jangan pernah berfikir untuk tidak punya soal ujian (masalah), justru ujian inilah yang nantinya menjadi penilaian kita dihadapan Allah, baik buruknya kita dihadapan Allah tergantung sebaik apa kita menyelesaikan soal ujian dari Allah versi Allah.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita semua untuk menjalani semua fase fase ujian hidup kita dengan petunjukNya yang lurus.
Wallahua'lam.

*Ustadz Fata Fauzi,Lc

4 komentar:

  1. apa yg dposting diberanda hampir sama kejadianya sama saya. saat ini hny kesabaran yg dpt sy lakukan terlebih buat anak2.orgtua saya sudah sepuh suami sy tak pnh mau berkunjung k rmh orgtua sy orgtua sy sakit tak pernah nengok trz saya minta ijin agak lama2 drumah orgtua karena ngurusin mereka pulang kerumah marah2.saya vidiocall sama fotoin kerjaan sy drumah orgtua saya ttp saja marah. hati ini teriris perih dan dilema..jika saya org kaya mungkin saya bisa menggaji buat jagain orgtua saya. saya tdk mau durhaka sma orgtua saya jg tidak mau durhaka pd suami. tp sikap suami terhadap sy dan orgtua saya begitu mengiris batin ini. saya sdr. saya begitu terluka ditambah apakah sy dkasih nafkah 10th pernikahan sy tak dikasih nafkah. tp sy ikhlas. cm saat ini kesabaranku teramat sakit. saya dtuntut untuk menghormati orgtuanya tp dia sdr tak pnh menghormati orgtua sy. pa ustd apa yg hrs saya lakukan ku bertahan karena anak2. tp sejujurnya hati ini penuh dg kekecewaan dan sy cm bs diam dan menangis.

    BalasHapus
  2. saya ingin bertanya,jika suami sudah menghina mertua dan berkata kasar,lalu dia mengatakan pisah bukan dari ucapan dia langsung tapi lewat whatsapp ,apa itu sudah termasuk talak atau tidak?
    hanya karna mertua melarang untuk tidak main terlalu malam,itu pun orang tua saya mengatakan tidak dengan kata kata kasar,bagaimana itu hukum nya ustadzah?
    terimakasih

    BalasHapus
  3. Suami mengejek mertua Di Depan istri cm karna skt Hati terhadap istri dengn kt2 yg tidak pantas

    BalasHapus
  4. Jika bertengkar suami selalu menghina orang tua saya, merendahkan orang tua saya. Tapi jika saya mengeluhkan sedikit saja tentang sikap keluarga suami, suami bilang saya menghina keluarha suami. Padahal tidak ada kata penghinaan. Sedang suami jika menghina keluarga saya dengan sangat kasar. Sangat teriris hati saya

    BalasHapus